ayat ayat tentang Taqwa dan Kesolehan Sosial ( kandungan, esensi, dan kalsifikasi)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama pada dasarnya merupakan upaya manusia
untuk melakukan komunikasi ruhani dengan Tuhan. Lebih dari itu, agama merupakan
upaya manusia untuk meneladani sifat atau akhlak Tuhan sesuai kapasitas
kemanusiaannya (takhallaqa bi akhlaqillah ala taqathil basyariyah).
Konsep agama ini mengandung implikasi ajaran yang lebih jauh bahwa tujuan
kehidupan manusia adalah untuk beribadah, mengabdikan diri sepenuhnya kepada
Allah “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” (QS. 51: 56) Doktrin bahwa hidup harus diorientasikan untuk
pengabdian kepada Allah inilah yang menjadi isue utama manusia.
Tetapi kemudian konsep agama ini memiliki arus
balik kepada manusia. Agama tidak hanya berdimensi ritual-vetikal (hablun
minallah), melainkan juga mencakup dimensi sosial-horizontal (hablum minan
nas). Agama tidak hanya mengurusi persoalan ibadah-ritual (iman) untuk
pembentukan kesalehan individual (private morality), akan tetapi yang
terpenting dari itu adalah mewujudkan iman tersebut dalam pembentukan kesalehan
sosial (social morality)-nya. Sebab, kesalehan individual tidak akan
memiliki makna apapun, jika tidak dapat menciptakan kesalehan dalam kenyataan
sosial. Itulah makna hakiki dari kehidupan beragama. Karena itu, bisa disebut
bahwa, sikap keberagamaan yang tidak melahirkan kesalehan sosial, maka akan
kehilangan maknanya yang hakiki.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Taqwa ?
2. Ayat - Ayat Apa Saja Yang Membahas Tentang
Taqwa ?
3. Pengertian Kesalehan Sosial ?
4. Ayat – Ayat Apa Saja Yang Membahas Tentang
Kesalehan Sosial ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Taqwa
·
Pengertian Takwa Menurut Bahasa
Menurut bahasa, takwa berasal dari
bahasa Arab yang berarti memelihara diri dari siksaan Allah SWT, yaitu
dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Imtitsalu
awamirillah wajtinabu nawahihi).
Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.
Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.
Kata Waqa juga bermakna melindungi
sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan
merugikan.
Pengertian takwa menurut istilah
kita dapatkan di banyak literatur, termasuk Al-Quran, Hadits, dan pendapat
sahabat serta para ulama. Semua pengertian takwa itu mengarah pada satu konsep:
yakni melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi larangannya, dan menjaga diri
agar terhindari dari api neraka atau murka Allah SWT.
2. Ayat – Ayat Al-Quran Tentang Taqwa
a. Q.S Al- Hujurat : 13
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai
manusia. sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah
adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
Kandungan ayat :
-
Allah
menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan
-
Lalu
Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling
mengenal
-
Orang
yang paling mulia disisi Allah diantara semua manusia adalah orang yang paling
taqwa kepada Allah SWT.
-
Allah
Maha Mengetahui dan Maha Mengenal
Esensi :
Orang paling
mulia disisi Allah adalah orang yang Taqwa kepada Allah
Klasifikasi :
Ontologi
b. Q.S Al- Baqarah 2-5
ذَلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ
وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ
أُولَئِكَ
عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Kitab
(Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk/hudaa bagi mereka yang
bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugrahkan kepada mereka. dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Kandungan ayat :
-
Al-Quran pentunjuk bagi mereka yang bertaqwa
-
Yang taqwa adalah yang beriman kepada yang
ghaib ( Allah), mereka yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagaian
rizkinya yang Allah anugerahkan kepada mereka.
-
Yang taqwa adalah yang beriman pada Al-Quran,
mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat, mereka adalah yang mendapat
petunjuk dari Allah.
-
Yang taqwa adalah orang-orang yang beuntung.
Esensi :
Ciri orang yang bertaqwa adalah menjadikan
Al-Quran sebagai petunjuk, beriman kepada yang ghaib ( Allah) , mendirikan
shalat, yang menafkahkan sebagian rizkinya kepada orang miskin, dan beriman
pada Al-Quran , dan orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang beruntung.
Klasifikasi :
Ontologi
c. Q.S Al-A’raf : 201
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا
مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila
mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat (yatadzakkaruu) kepada Allah,
maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”
Kandungan Ayat :
Orang-orang yang bertaqwa bila ketika ditimpa
rasa was-was / khawatir dari setan, maka mereka ingat kepada Allah, dan ketika
itu juga mereka melihat atau menyadari kesalahan kesalahan mereka.
Esensi
:
Ciri orang yang bertaqwa selalu ingat kepada Allah
dan selalu menyadari kesalahan mereka.
Klasifikasi
: Ontologi
d. Q.S Az-Zariyat 17-19
كَانُوا
قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
وَبِالْأَسْحَارِ
هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
وَفِي
أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam;
dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah); Dan pada
harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bahagian.”
Kandungan Ayat :
-
Mereka yang sedikit sekali tidur di
waktu malam
-
dan memohon ampun di waktu sahur.
-
Menafkahkan
sebahagian rizki yang dianugrahkan Rabb mereka -baik di waktu lapang maupun
sempit- kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta.
Esensi :
Ciri orang yang
bertaqwa adalah akhir malam mereka memohon ampun kepada
Allah, dan
menafkahkan sebagian rizki mereka untuk orang miskin.
Klasifikasi :
Ontologi
e. Q.S Al-Baqarah : 21
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“ Wahai manusia, sembahlah (mengabdilah kepada)
Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu
bertaqwa.”
Kandungan
Ayat :
Hendaklah
manusia menyembah Rabb-nya yang telah menciptakannya
dan orang-orang sebelumnya agar manusi bertaqwa.
Esensi :
Menyembah
(mengabdi) kepada Rabb.
Klasifikasi :
Epistemologi
f. Q.S Al-Baqarah
: 183
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Kandungan
Ayat :
Orang
yang beriman diwajibkan untuk berpuasa agar bertaqwa.
Esensi :
Kewajiban
berpuasa bagi orang yang beriman
Klasifikasi
:
Epistemologi
3.
Pengertian Kesalihan Sosial
“Kesalehan
Sosial” menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan
nilai-nilai islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka
menolong, sangat concern terhadap masalah-masalah ummat, memperhatikan dan
menghargai hak sesama; mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu
berempati, artinya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan
seterusnya. Kesalehan sosial dengan demikian adalah suatu bentuk kesalehan yang
tak cuma ditandai oleh rukuk dan sujud, puasa, haji melainkan juga ditandai
oleh seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebaikan
untuk orang-orang di sekitarnya.
4. Ayat-Ayat Tentang Kesalihan Sosial
a. Q.S
At- Taubah :71
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚأُولَٰئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗإِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Kandungan Ayat :
- Manusia satu sama lain harus saling menolong
- Saling mengingatkan akan amar ma’ruf nahi munkar
- Allah maha perkasa dan bijaksana
Esensi :
Manusia satu sama lain harus saling menolong dalam kebaikan
Klasifikasi :
Ontologi
Q.S An-Nisa : 36
وَاعْبُدُواْ اللّهَ
وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ
اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً
“ Dan sembahlah
\Allah dan janganlah kamu memepersekutukan-Nya dengan sesuatau apa pun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
sombong dan membanggakan diri. ”
Kandungan :
- Jangan mempersekutukan Allah
- Berbuat baiklah kepada orangtua, kerabat, anak yatim, orang
miskin tetangga, ibnu sabil dan hamba sahaya
- Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri
Esensi :
Larangan menyektukan Allah dan perintah berbuat baik kepada orang
lain.
Klasifikasi :
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Taqwa
adalah melaksanakan semua perintah Allah,
menjauhi larangannya, dan menjaga diri agar terhindari dari api neraka atau
murka Allah SWT.
Ayat- Ayat Al-Quran yang berkaitan
dengan Qanaah adalah :
a. Q.S Al- Hujurat : 13
b. Q.S Al- Baqarah 2-5
c. Q.S Al-A’raf : 201
d. Q.S Az-Zariyat 17-19
e. Q.S Al-Baqarah : 21
f. Q.S
Al-Baqarah : 183 . dll
·
Kesolehan Sosial adalah
Kesalehan sosial dengan
demikian adalah suatu bentuk kesalehan yang tak cuma ditandai oleh rukuk dan
sujud, puasa, haji melainkan juga ditandai oleh seberapa besar seseorang
memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya.
Ayat-Ayat
yang berkaitan dengan Kesolehan Sosial adalah :
a. Q.S
At- Taubah :71
b. Q.S
An-Nisa : 36 dll
Komentar
Posting Komentar